Tepat jam 12 siang. Udara menyengat gerah. Mataharipun sengaja menggigit
kulit-kulit pengendara motor seperti kami. Aku salah satunya. Sementara
kami berlomba-lomba sampai ke tujuan, motorku tiba-tiba dihentikan
lampu merah. Tidak hanya aku yang begitu, beberapa orang disamping dan
belakangku melakukan hal yang sama. Tapi ada pula orang-orang yang
memilih jalan terus, mumpung tidak ada polisi. Jangankan RUU pornografi,
peraturan lalu lintas saja mereka langgar. Tiba-tiba, BRAKK! Seorang
pengendara yang jalan terus tadi ditabrak motor dari arah kiri kami.
Mungkin disana sudah lampu hijau. Pengendara yang jalan terus tersebut
terpental dua kaki dari trotoar. Tidak ada seorangpun yang menolongnya.
Kami hanya jadi penonton setia karena baru saja melihat kebodohannya
berkendara.
Kulihat mukanya bersimbah darah.
Dua giginya jatuh ketanah. Aneh, dia menangis. Padahal lelaki itu sudah
seumuran bapakku dirumah. Aku piker dia gila, meraung-raung di simpang
empat lampu merah. Di tengah jalan pula. Selang beberapa menit, lampu
hijau menyala di pihak kami. Kami berusaha lewat pinggir supaya tidak
kena lelaki yang jatuh tadi. Tapi sungguh, raungan serta tangisan lelaki
itu semakin kuat. Mendengung rasanya telingaku. Makin lama makin keras.
Aku memberhentikan motor ku. Tiba-tiba ada yang menyentuhku katanya
“de, bangun”. Aku terkejut lalu melihat sekeliling. Ternyata sudah pagi.
SEBELUM MENJUAL, KENALI PEMBELI ANDA
Dulu nya saya karyawan seperti anda, kemudian saya mulai berkarir dibidang penjualan. Dari tahun 2013 saya mulai menjual asuransi, menjual s...
-
Pendidikan tidak hanya dipandang dari segi kemandirian para pengurus sekolah dan para staff serta guru-guru yang terlibat didalamnya, tet...
-
Bagi pembaca penikmat jajanan atau sekedar ingin kenal tempat asik buat kuliner lezat untuk wilayah Kota Pontianak di Kalimantan Barat, ber...
-
Menguras waktu itu seperti ini, udah sampai ditempat tujuan tapi hp ketinggalan dirumah, padahal untuk transaksi sehari hari pake aplikasi i...