SEBELUM MENJUAL, KENALI PEMBELI ANDA

Dulu nya saya karyawan seperti anda, kemudian saya mulai berkarir dibidang penjualan. Dari tahun 2013 saya mulai menjual asuransi, menjual s...

Minggu, 04 November 2012

JANGAN BENCI SEKOLAHMU

Penulis pernah membaca berkali-kali di situs pertemanan www.friendster.com tentang penghinaan tentang sekolah oleh beberapa siswa siswi yang menjadi anggota di situs tersebut dan mendengar dari beberapa orang dengan bahasa yang khas bahwa sekolah hanya bikin bosan, sekolah yang tidak berbobot dan sebagainya. Sebenarnya mereka mulai sekolah itu berdasarkan keputusan dua belah pihak, orangtuanya dan pihak siswa itu sendiri. Mereka seharusnya tidak menyalahkan sekolah yang telah memberi mereka motivasi buat maju, tetapi mengintropeksi diri bahwa merekalah yang tidak mengerti akan dunia pendidikan yang sebenarnya. Dugaan penulis, bahwa yang tidak mencintai sekolah hanyalah siswa siswi yang pernah bermasalah disekolahnya atau bisa jadi mereka hanyalah murid-murid bebal yang sering anjlok prestasi sekolah mereka.

Teman-teman, sekolah bisa dibilang merupakan rumah kedua kita. Gimana enggak, hamper setiap hari kita pergi kesekolah. Kalo ada ekstrakurikuler dan bimbel, jadi tiap hari deh ke sekolah! Nah, karena itulah, sebelum kita memutuskan sekolah mana yang akan kita masuki, lebih baik kita pilih dulu deh mana yang terbaik buat pengembangan diri kita. Tapi jangan sampai sekolah tersebut membuat kita tidak betah, apalagi akan menghabiskan waktu dan biaya yang lumayan. Apa menurut pendapat teman-teman tentang sekolah yang sangat berperan besar? Apakah kalian memilih kualitas ketimbang jaraknya? Ataukah memilih jarak tempuh yang lumayan dekat agar bisa menghemat biaya? Itu terserah teman-teman menyikapinya, yang pasti banyak pertimbangan-pertimbangan. Ada pula yang memilih sekolah bukan karena jarak, tapi karena metode sekolah yang sesuai dengan keinginannya. Tapi kalo dapat sekolah yang dekat dan berkualitas, itu merupakan hal yang lebih bagus lagi.

Pertama, jangan menetukan pilihan hanya karena faktor gengsi. Kedua, pertimbangkan faktor “kenyamanan” bagi si anak dengan memperhatikan lingkungan sekolah tersebut, jangan sampai membuat tertekan. Ketiga, pilihlah sekolah yang memiliki ideology atau kepercayaan (Sekolah Agama Kepercayaan) yang seazas dengan yang di anut keluarga, kecuali ia menganut faham kebebasan dalam menetukan pilihan. Keempat, perlu diperhatikan fasilitas sekolah dan kualitas para pendidiknya. Apakah mampu menciptakan lulusan yang berkualitas dalam hal ilmu pengetahuan dan kepribadian. Kelima, pertimbangkanlah jarak lokasi sekolah dengan tempat tinggal sehubungan dengan sarana dan kondisi kesehatan (Sekolah Kesehatan) serta dampaknya. Keenam, sesuaikan kemampuan dengan kondisi keluarga dengan beban biaya pendidikan yang ditetapkan. Terakhir, beri kesempatan kepada anak untuk ikut menentukan pilihannya dengan memberikan gambaran yang jelas tentang situasi dan nilai yang dimiliki oleh sekolah yang akan dipilih dan harapan orang tua atas keberhasilan anak tidak hanya dibidang akademik tapi juga non akademik.