Penulis pernah membaca berkali-kali di situs pertemanan
www.friendster.com tentang penghinaan tentang sekolah oleh beberapa
siswa siswi yang menjadi anggota di situs tersebut dan mendengar dari
beberapa orang dengan bahasa yang khas bahwa sekolah hanya bikin bosan,
sekolah yang tidak berbobot dan sebagainya. Sebenarnya mereka mulai
sekolah itu berdasarkan keputusan dua belah pihak, orangtuanya dan pihak
siswa itu sendiri. Mereka seharusnya tidak menyalahkan sekolah yang
telah memberi mereka motivasi buat maju, tetapi mengintropeksi diri
bahwa merekalah yang tidak mengerti akan dunia pendidikan yang
sebenarnya. Dugaan penulis, bahwa yang tidak mencintai sekolah hanyalah
siswa siswi yang pernah bermasalah disekolahnya atau bisa jadi mereka
hanyalah murid-murid bebal yang sering anjlok prestasi sekolah mereka.
Teman-teman,
sekolah bisa dibilang merupakan rumah kedua kita. Gimana enggak, hamper
setiap hari kita pergi kesekolah. Kalo ada ekstrakurikuler dan bimbel,
jadi tiap hari deh ke sekolah! Nah, karena itulah, sebelum kita
memutuskan sekolah mana yang akan kita masuki, lebih baik kita pilih
dulu deh mana yang terbaik buat pengembangan diri kita. Tapi jangan
sampai sekolah tersebut membuat kita tidak betah, apalagi akan
menghabiskan waktu dan biaya yang lumayan. Apa menurut pendapat
teman-teman tentang sekolah yang sangat berperan besar? Apakah kalian
memilih kualitas ketimbang jaraknya? Ataukah memilih jarak tempuh yang
lumayan dekat agar bisa menghemat biaya? Itu terserah teman-teman
menyikapinya, yang pasti banyak pertimbangan-pertimbangan. Ada pula yang
memilih sekolah bukan karena jarak, tapi karena metode sekolah yang
sesuai dengan keinginannya. Tapi kalo dapat sekolah yang dekat dan
berkualitas, itu merupakan hal yang lebih bagus lagi.
Pertama,
jangan menetukan pilihan hanya karena faktor gengsi. Kedua,
pertimbangkan faktor “kenyamanan” bagi si anak dengan memperhatikan
lingkungan sekolah tersebut, jangan sampai membuat tertekan. Ketiga,
pilihlah sekolah yang memiliki ideology atau kepercayaan (Sekolah Agama
Kepercayaan) yang seazas dengan yang di anut keluarga, kecuali ia
menganut faham kebebasan dalam menetukan pilihan. Keempat, perlu
diperhatikan fasilitas sekolah dan kualitas para pendidiknya. Apakah
mampu menciptakan lulusan yang berkualitas dalam hal ilmu pengetahuan
dan kepribadian. Kelima, pertimbangkanlah jarak lokasi sekolah dengan
tempat tinggal sehubungan dengan sarana dan kondisi kesehatan (Sekolah
Kesehatan) serta dampaknya. Keenam, sesuaikan kemampuan dengan kondisi
keluarga dengan beban biaya pendidikan yang ditetapkan. Terakhir, beri
kesempatan kepada anak untuk ikut menentukan pilihannya dengan
memberikan gambaran yang jelas tentang situasi dan nilai yang dimiliki
oleh sekolah yang akan dipilih dan harapan orang tua atas keberhasilan
anak tidak hanya dibidang akademik tapi juga non akademik.
SEBELUM MENJUAL, KENALI PEMBELI ANDA
Dulu nya saya karyawan seperti anda, kemudian saya mulai berkarir dibidang penjualan. Dari tahun 2013 saya mulai menjual asuransi, menjual s...
-
Pendidikan tidak hanya dipandang dari segi kemandirian para pengurus sekolah dan para staff serta guru-guru yang terlibat didalamnya, tet...
-
Bagi pembaca penikmat jajanan atau sekedar ingin kenal tempat asik buat kuliner lezat untuk wilayah Kota Pontianak di Kalimantan Barat, ber...
-
Menguras waktu itu seperti ini, udah sampai ditempat tujuan tapi hp ketinggalan dirumah, padahal untuk transaksi sehari hari pake aplikasi i...